Oleh : Ferdinal lafendry
Potret Pendidikan Indonesia
Sampai saat ini pendidikan di Indonesia masih belum memberikan andil besar bagi kehidupan bangsa. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Di sisi lain, kelemahan sebagian para pendidik di negeri ini, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Sejatinya, pendidikan lebih memperhatikan kebutuhan anak, bukan memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam melakukan aktivitas belajar di sekolah. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Kreatifitas tidak mungkin diraih oleh anak didik, apabila guru yang mengajarnya tidak kreatif.
Dari konteks tersebut dapat dilihat bahwa permasalahan utama terletak pada kualitas Sumber daya manusia atau kualitas guru dalam berbagai level pendidikan. Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Rendahnya kualitas guru di semua jenjang pendidikan adalah akar penyebab kesulitan peningkatan pendidikan. Kata kunci kemajuan pendidikan adalah kualitas gurunya karena guru terbaik akan melahirkan anak-anak yang hebat. Gurulah yang memiliki tanggung jawab dan berada di garda terdepan dalam menciptakan sumber daya tersebut.
Alasan utama penciptaan generasi hebat berada ditangan guru, karena guru yang berhadapan lansung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill, kematangan emosional dan moral spiritual.
Apabila menelaah dunia pendidikan saat ini, nampaknya bangsa ini sering disuguhkan oleh tindakan-tindakan yang bersifat tidak bermoral dari anak-anak didik. Mulai tawuran antaranak-anak didik sampai perilaku seksualitas. Bahkan, belum lama ini Indonesia dihebohkan dengan berita sex pasca melakukan Ujian Nasional (UN). Kondisi ini tentu merupakan pukulan telak bagi dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang sejatinya menciptakan generasi penerus bangsa yang memiliki kepribadian baik, justru melahirkan generasi penerus yang minim secara moral. Tidak mungkin pendidikan sebuah bangsa menjadi baik, jika generasi penerusnya memiliki moralitas buruk.
Guru sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, memberi andil yang besar dalam peningkatan kualitas pendidikan. Indra Jati Sidi mengemukakan, bahwa berdasarkan hasil studi di Negara-negara berkembang, guru memberikan sumbangan dalam prestasi belajar siswa sebesar 36% selanjutnya manajemen 23% waktu belajar 22% dan sarana fisik 19 %. Dari hasil penelitian ini guru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan prestasi belajar murid, dengan hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran guru sangat penting dan dominan dalam kualitas hasil belajar murid. Berarti jika guru memenuhi kualifikasi dan kompetensi maka dapat melahirkan siswa berkualitas, maka perbaikan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan bila tidak didukung oleh guru yang kompeten dan berkualitas.
Hasil survey yang dilakukan oleh Mailing research Education pada Februari 2006 terhadap siswa-siswi SD, SMP dan SMA bahwa pelajaran yang sulit bagi siswa adalah Matematika dan Bahasa Inggris, namun hal ini ternyata bukan karena faktor bidang studinya yang sulit dipahami (20% – 30%) akan tetapi lebih kepada faktor guru dalam penyampaian materinya (70% – 80%). Maka disini dibutuhkan guru yang kreatif dan interaktif dalam mengajar menggunakan metode-metode mutakhir dalam dunia pendidikan salah satunya adalah menggunakan strategi active learning. Dalam sterategi ini, siswa diberikan kesempatan untuk melakukan berbagai macam aktivitas dalam pembelajaran apapun, seperti dengan bermain, menari, berolahraga, dramatisasi, gerak tangan dan kaki, kerja kelompok, studi kasus , saling mengajar. Apapun yang merupakan aktivitas positif dapat diterapkan dengan menggunakan strategi active learning. Di sisi lain sterategi ini dapat menjadikan siswa kreatif dalam pembelajaran dan pengalaman belajar baru serta tidak mudah lupa daam menyerap materi pelajaran.
Oleh karena itu diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Guru yang menjiwai pekerjaannya pasti merasa gembira, bergairah dalam melaksanakan tugasnya dan menjadikan pekerjaan yang dilakukannya sebagai bentuk Ibadah kepada Tuhan. Konsekuensinya, melahirkan sikap penuh semangat dalam mengajar, berangkat ke sekolah tepat waktu, menyiapkan rencana pembelajaran yang kreatif, ramah dengan anak-anak. Implikasi dari sikap tersebut adalah guru akan disenangi oleh siswanya, disenangi oleh orang tuamurid, dipertahankan oleh yayasan karena takut akan kehilangan aset terbaiknya. Tidak menutup kemungkinan, guru seperti itu akan dikirim untuk menjadi guru teladan, menjadi trainer bagi guru-guru, bahkan diangkat menjadi konsultan buat guru-guru yang lain.
Kualitas sekolah sangat ditentukan oleh kualitas gurunya, Great School = Great Teacher. Betapa pentingya menjadi guru terbaik karena dampak atau maslahatnya tidak hanya untuk dirinya tapi untuk semua stake holder yang ada disekolah, bahkan dapat memiliki andil besar untuk memajukan bangsa dan mewujudkan sebuah peradaban suksesmulia. Namun dalam konteks kekinian tidak sedikit guru yang mengajar apa adanya hanya sekedar menjalankan kewajiban, hanya sekedar memenuhi rutinitas, tidak enjoy dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan, ada pula yang mengajar 10 tahun tapi tdk semangat, akibatnya siswa jenuh dan bosan, karena cara penyampaian dalam pembelajarannya tidak kreatif, monoton. Dampaknya, guru seperti ini tidak disenangi oleh siswa karena mengajarnya, dikomplain orang tua, gagal dalam mengajar yang pada akhirnya siswa jeniuh dan bosan dengan proses kegiatan belajar sehingga tidak dapat melejitkan potensi siswa. Ketika potensi siswa tidak mampu dimunculkan oleh guru, maka dapat melahirkan siswa yang bosan untuk belajar di sekolah dan lebih senang menghabiskan waktu untuk melakukan tindakan-tindakan negatif, termasuk di dalam adalah tawuran antarpelajar.
Prinsip yang harus dimiliki oleh guru adalah bahwa setiap anak adalah cerdas, tidak ada siswa yang bodoh, semuanya memiliki potensi maka tugas guru adalah mencari menemukan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut. Sehingga mampu membawa mereka untuk meraih kesuksesan di masa depannya. Menghantarkan siswa untuk bisa menghadapi masa depannya dengan sukses dan juga mulia. Kesuksesan anak didiknya dalam mencapai cita-citanya adalah kebahagiaan yang tak terhingga bagi seorang guru yang tak bisa dihargai berapapun.
Setiap siswa mempunyai tombol yang apabila disentuh dengan cara dan waktu yang tepat maka akan melejitkan kejeniusan yang ada dalam dirinya. Di sini guru dituntut untuk mencari tombol tersebut dan menekannya disaat yang tepat. Tetapi, mustahil bisa dilakukan oleh guru, selama dalam mengajar anak-anak didiknya tidak mampu untuk menjadi guru terbaik. Sebab hanya guru terbaik yang tahu dan paham kapan tombol diaktifkan.
Dewasa ini banyak lembaga pendidikan yang telah memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran semestinya tidak hanya berupaya untuk meningkatkan kecerdasan IQ semata, melainkan juga untuk meningkatkan berbagai kecerdasan lain yang dimiliki individu. Pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan IQ semata, hanya menjadikan anak-anak didik di sekolah piawai dalam aspek kognitif, tetapi tidak dalam aspek kecerdasan lainnya. Padahal kecerdasan yang lain pun, seperti kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual diperlukan pula dalam meningkatkan kualitas anak-anak didik.
Terjadinya persoalan-persoalan pendidikan pada bangsa ini, boleh jadi karena bersumber dari tidak tepatnya pembelajaran di sekolah yang hanya mementingkan pengembangan kognitif daripada pengamalan nilai dan pembentukan moralitas. Kecenderungan seperti ini, akhirnya berimplikasi pada terjadinya krisis moral dalam dunia pendidikan.
Dalam UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1 ditegaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
UU tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual dan tubuh anak). Dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan, dan penghidupan anak-anak yang didik, selaras dengan dunianya.
Tujuan pendidikan sebagaimana tertuang dalam UU Sisdiknas tersebut akan dapat tercapai apabila didukung dengan:
- Program-program pendidikan/kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter. Jika diperhatikan selama ini kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah pada umumnya lebih diarahkan pada pembentukan aspek kognitif. Salah satu contohnya adalah pada pembelajaran agama Islam. Misalnya, ketika membahas shalat. Pada umumnya para guru agama hanya mengajarkan hafalan-hafalan bacaan-bacaan shalat, tetapi tidak masuk pada ranah pembentukan karakter dari shalat, yaitu membentuk pribadi untuk menjauhkan diri dari setiap kegiatan-kegiatan yang tidak terpuji (munkar), seperti tawuran, mencontek pada waktu ujian dan sebagainya. Apabila pembelajaran yang dilakukan di sekolah selalu dikaitkan dengan pembentukan karakter, maka akan menghasilkan anak-anak didik yang tidak piawai dalam aspek kognitif, tetapi juga baik secara moralitas. Aspek kognitif dan moralitas (karakter) adalah aspek-aspek yang harus selalu ditumbuhkan secara bersama, tidak dipisah-pisahkan. Artinya, keduanya menjadi perangkai untuk menghasilkan anak-anak didik yang memiliki kualitas baik, sesuai dengan UU Sisdiknas pasal 1 ayai 1.
- Guru-guru memiliki motivasi tinggi dan berkualitas dalam hal ilmu dan keterampilan dalam menyampaikan materinya dengan metode-metode yang konstruktif dalam mendesign proses pembelajaran. Menjadi guru yang memiliki motivasi tinggi dan berkualitas tidaklah mudah. Namun bukan hal yang tidak mungkin untuk diwujudkan. Untuk memiliki motivasi tinggi dalam mengajar guru harus memiliki keikhlasan. Dan menjadikan guru sebagai profesi yang benar-benar diinginkan, bukan sekedar profesi sampingan. Dengan kata lain, motivasi tinggi lahir dari sebuah keikhlasan. Sedangkan, untuk meningkatkan kualitas, setiap guru dituntut untuk selalu belajar secara terus-menerus, tidak merasa puas dengan ilmu yang sudah dimilikinya. Semakin banyak guru memperdalam keilmuan dibidangnya, maka akan semakin terampil di dalam mengajar. Keterampilan inilah yang akan mengantarkan para guru membuat metode-metode yang menarik dalam pembelajaran di dalam kelas, sehingga anak-anak didik merasa senang dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru tersebut.
- Proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas di dalam kelas hanya dapat terjadi jika guru yang memberikan pembelajaran berkualitas. Kualitas seorang guru dapat dilihat dari caranya mengajar di dalam kelas. Apabila guru mengajar dengan metode yang selalu sama, menunjukkan jika guru tersebut tidak berkualitas. Dalam meningkatkan kualitas, setiap guru perlu pula untuk mengikuti pelatihan-pelatihan guru, baik yang diadakan di sekolah tempatnya mengajar maupun di luar sekolah. Dengan begitu keahlian guru dalam mengajar akan semakin terasah. Jika kualitas guru semakin terasah, maka proses pembelajaran yang berkualitas dapat diwujudkan.
- Guru-guru yang berakhlak mulia dan menjadi role model bagi siswa-siswinya. Untuk melahirkan anak-anak didik berakhlak mulia, diperlukan guru yang memiliki akhlak mulia. Karena guru yang memiliki akhlak mulia akan menjadi contoh baik anak-anak didiknya. Di sisi lain, kualitas pendidikan akan menjadi baik, jika para gurunya benar-benar mengaktualisasikan akhlak yang baik dalam proses pembelajarannya di kelas. Dalam mewujudkan akhlak mulia, setiap guru diharuskan meniru pula pribadi-pribadi pengajar yang berakhlak mulia. Dalam Islam tentu guru yang selalu mengedepankan akhlak mulia kepada para sahabat dan umatnya adalah Muhammad SAW. Artinya, dengan meneladani manusia yang berakhlak mulia, guru dapat memiliki bekal untuk memiliki akhlak tersebut. Guru yang memiliki akhlak mulia biasa selalu santun dalam berbicara kepada anak-anak didiknya, tidak pernah meremehkannya dan selalu meyakini bahwa setiap anak didik adalah anugerah Tuhan yang harus diarahkan dan digali potensinya.
- Fasilitas dan prasarana yang mendukung untuk pencapaian pendidikan. Dalam mencapai pendidikan yang berkualitas, fasilitas dan prasarana pendidikan yang mendukung mutlak diperlukan. Tanpanya, proses pembelajaran di sekolah sulit berjalan dengan baik. fasilitas dan prasarana yang baik dapat membantu para guru untuk mengembangkan metode-metode dalam pembelajaran di kelas. Di sisi lain, fasilitas dan prasarana yang baik dapat menjadikan suasana belajar-mengajar kondusif. Suasana seperti ini mutlak diperlukan dalam proses tersebut, tanpanya proses pembelajaran menjadi terganggu. Implikasinya, sulit untuk melahirkan anak-anak didik yang berkualitas sesuai dengan amanah UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1.
Kunci Untuk Menjadi Guru Terbaik
Guru merupakan pekerjaan yang paling kaya, karena setiap hari memberi. Bahkan Nabi menegaskan, guru adalah orang yang dijamin mendapat passive income (keuntungan pasif yang tidak terputus) dunia akhirat. “Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka putuslah amalannya, melainkan dari tiga hal yaitu sedekah yang mengalir [jariah], ilmu yang diambil manfaatnya dan anak shalih yang mendoakan untuknya”. [H.R Muslim]
Dari penjabaran sistem pendidikan di atas, terlihat jelas bahwa guru memiliki peran paling penting dalam mencapai tujuan pendidikan anak-anak Indonesia. Guru menentukan arah dan masa depan siswa yang mereka didik, guru akan menjadi teladan siswa dalam menjalani kehidupannya baik di rumah, lingkungan, dan masa depannya kelak. Untuk itu, kehadiran guru terbaik sangatlah penting untuk melahirkan siswa yang berkarakter mulia.
Guru Terbaik adalah guru yang mampu melejitkan potensi anak didiknya sehingga anak didiknya menemukan potensinya dan menjadi profesinya dikemudian hari. Setidaknya, untuk menjadi guru terbaik diperlukan tiga hal penting yang harus dipersiapkan guru 1. Motivasi, 2. Pengetahuan dan 3. Keterampilan.
Pertama, Peningkatan Motivasi. Guru yang memiliki motivasi tinggi maka dia akan mencintai pekerjaannya, profesi menjadi guru adalah pilihan utama. Passion-nya adalah sebagai guru, betul-betul menjiwai pekerjaan ini. Mahmud Yunus dalam Tarbiyah al-Ta’lim mengatakan, bahwa cara lebih baik daripada guru, guru lebih baik dari cara itu sendiri dan yang terpenting adalah penjiwaan menjadi guru lebih penting dari kompetesnsi guru itu sendiri.
Saya pernah terharu ketika anak didik saya menghampiri dan mengatakan, bapak kok tidak mengajar kita lagi, kita kengen diajar sama bapak lagi, bapak itu mengajarnya asyik dan banyak gamesnya, pokoknya belajar sama bapak seru. Saya berkata dalam hati bapak juga kanegen sama kalian ternyata tiga hal yang saya lakukan setiap mau mengajar membuahkan hasil. Pertama, dimalam hari saya cek RPP dan menyiapkan yang terbaik dengan pembukaan yang menarik, menggunakan variasi metode. Intinya adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengajar diesok hari. Kedua, semenjak menjadi guru saya selalu menkoleksi berbagai strategi dan metode pembelajaran, ice breaking, katalog rencana pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Semua itu menjadi modal saya untuk mengajar dengan menyenangkan. Ketiga, menghadirkan mereka dalam do’a. Sehabis shalat subuh atau dalam perjalanan menuju sekolah memanjatkan do’a kepada Allah, “Ya Allah yang maha pengasih dan lagi maha penyayang, aku pinjam ilmumu untuk aku berikan yang terbaik buat anak didikku.”
Guru pun dituntut memiliki nilai-nilai spiritual dalam bekerja. Menghadirkan anak-anak dalam do’a setiap mau mengajar, saya selalu berdoa, Ya Allah aku pinjam ilmumu untuk aku berikan yang terbaik buat muridku. Dengan doa yang saya minta kepada Allah SWT., menumbuhkan semangat mengajar saya dari dalam hati. Karena, mengajar dengan hati menghadirkan pembelajaran dengan cinta dan kasih sayang serta menyajikan pembelajaran dengan penuh kasih sayang pula.
Di sisi lain, guru tak pernah boleh berhenti untuk belajar, selalu meningkatkan wawasan dan pengetahuannya baik itu dalam mengikuti pelatihan, membaca buku, rajin mengikuti workshop, seminar, diskusi dan berbagai kegiatan lain, guna terus bisa memantaskan diri. Peningkatan kapasitas pengetahuan guru dapat dilakukan dengan tiga hal. Pertama, menjelajahi kemampuan siswa. Menjelajahi kemampuan siswa berarti menemukan keunggulan yang terdapat pada siswa tersebut, kemudian dikembangkan, sehingga siswa menemukan potensi yang dimilikinya. Akhirnya, potensi tersebut menjadi profesinya dikemudian hari, dan dengan profesi tersebut bisa sukses dan menebar manfaat bagi banyak umat manusia. Kedua, Memahami cara kerja otak dalam menyerap informasi: Memahami arus informasi masuk ke dalam otak Duo Brain (kiri dan kanan). Dalam proses pemberian informasi pada siswa, harus menggunakan keseimbangan antara otak kiri dan kanan (holistik brain), artinya cara penyampaian informasi tersebut haruslah merupakan konsumsi otak kanan dan otak kiri secara seimbang. Selama ini proses pembelajaran dominan hanya menggunakan otak kiri. Kondisi ini perlu dirubah, karena hanya menjadikan siswa piawai dalam menggunakan otak kirinya. Selama ini sebagian besar guru jarang mengajar untuk memberikan asupan kepada otak kanan siswa, seperti mengajar menggunakan musik, gambar, dan melakukan imajinasi dalam pengaman belajar. Menurut Tony Buzan, pakar mindapping usia 0-8 tahun, siswa kelas 3 SD 80% dominan otak kanan. Sedangkan pada usia 9 sampai 60 tahun seseorang perlu melakukan penyeimbangan antara otak kiri dan otak kanan (50/50). Apabila terlalu kiri terlihat kaku dan jika terlalu kanan dapat tidak beraturan. Maka, yang terbaik adalah keseimbangan antara otak kiri dan kanan (holistik Brain).
Di sisi lain guru perlu memahami bahwa dalam 1 kepala ada 3 otak yaitu Triune Brain (reptil, mamalia dan neocortext) sebelum mengajar guru perlu terlebih dulu memamantau kebersihan kelas, dan pencahayaannya, untuk memuaskan otak reptil. Setelah itu, dalam mengajar guru perlu melibatkan emosi siswa, salah satu contohnya adalah dengan tersenyum. Ketika kedua otak ini sudah terpuaskan barulah mulai masuk ke otak berfikir yaitu (neokortex). Tahap berikutnya guru perlu mengetahui gelombang otak Wave Brain (beta, alfa, teta dan delta). Kondisi terbaik siswa menerima pelajaran ketika gelombang otak dalam keadaan alfa. Dalam hal ini dirumuskan dengan nama 234. Rumusan ini, harus dipahami, dikuasai dan diimplementasikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Perlu disadari bahwa setiap mengajar guru pasti berhadapan dengan otak siswa, maka guru diwajibkan untuk mempelajari kemampuan otak yang dimiliki manusia.
Ketiga keterampilan, berupa apersepsi. Menggunakan pengantar sebelum masuk ke materi. Bukalah materi pelajaran dengan senyum, pujian, saling mendoakan, pantun khas, cerita lucu, ice breaking, brain gym, musik, menyampaikan temuan-temuan baru, apa manfaat bagi aku (AMBAK), Quiz, Motivasi, dan menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Memberikan pengantar sebelum masuk materi menurut Bobbi de Porter istilahnya berikan pengalaman sebelum menamai. Dengan menggunakan apersepsi, maka pembelajaran menjadi menyenangkan.
Menguasai variasi metode pembelajaran, merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan. Pembelajan yang menyenangkan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar. Keterampilan pun dapat ditumbuhkan dengan Menggunakan media pembelajaran, yaitu dengan praktek menggunakan ICT dalam pembelajaran (cutting film, membuat slide mengajar) dan mengajar dengan menggunakan bahan bekas berkualitas. Keterampilan yang terakhir adalah membuat rencana pelaksanaaan pembelajaran yang kreatif. RPP harus karya guru sendiri. Apabila Rencana Pembelajaran ini dibuat dengan sungguh-sungguh, maka bisa menjadi buku ajar dan hasilnya menjadi sumber inspirasi bagi guru-guru yang lain.
Sejauh ini keterbatasan pengetahuan dan keterampilan serta lemahnya motivasi guru berakibat kepada stagnannya kualitas institusi pendidikan dan berujung pada lemahnya kualitas output siswa. Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi kondisi ini adalah melakukan peningkatan wawasan guru dalam 3 hal tersebut. Sehingga mereka mampu membantu peningkatan kualitas output siswa. Perlu diingat guru terbaik adalah yang mampu melejitkan potensi siswanya dan dapat membentuk peradadaban sukses mulia. Karena tugas guru tidak hanya mengajar tetapi juga membentuk generasi yang sukses dalam hidupnya dan juga mulia.
Apabila guru memiliki 3 kunci tersebut, maka siswa akan merasa sedih ketika gurunya tidak hadir dalam mengajar. Karena, guru terbaik akan selalu dikenang oleh siswanya sepanjang masa. Jadilah guru terbaik karena itu akan mengantarkanmu menuju surga.
Siswa Berkarakter SuksesMulia
Sistem pendidikan yang berpijak pada tujuan pendidikan dapat melahirkan lulusan yang cerdas otaknya dan emosinya. Di samping itu, dapat pula melahirkan manusia yang benar-benar sesuai fithrahnya, yaitu manusia yang selalu mengaktulisasikan kebaikan dalam kehidupannya. Dengan fitrah itu, manusia dapat memaksimalkan potensi otak, emosi dan raganya. Sehingga dapat menjadi manusia yang bekerja keras, cerdas dan ikhlas serta berkualitas. Fitrah manusia sulit untuk dilahirkan, jika tidak diwadahi oleh pendidik yang memiliki kualitas baik.
Proses pendidikan harus mampu mewadahi semua aspek perkembangan siswa, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Sehingga tidak hanya berbasis kognitif semata. Biasanya hal ini berasal dari model pembelajaran satu arah, teacher oriented, tidak student oriented dan cenderung mengutamakan prestasi akdemik saja. Tetapi dengan adanya keseimbangan pada ketiga hal tersebut dan dibarengi dengan pendidikan berbasis akhlak serta guru-guru terbaik di sekolah-sekolah di Indonesia, akan mampu melahirkan siswa yang hebat dan berkarakter mulia. Pendidikan model ini diharapkan mampu menjadi solusi dari problematika kemorosotan akhlak yang terjadi.
Pendidikan karakter dapat menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Visi 2015 untuk menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Insan Indonesia cerdas adalah cerdas secara intelektual, emosional, spiriitual dan kinestetis. Bagi bangsa Indonesia sekarang ini, pendidikan perlu memberikan kesadaran kepada semua rakyat di dalamnya, bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik dengan kejujuran, kedisiplinan, kegigihan, semangat belajar yang tinggi, mengembangkan rasa tanggung jawab, dan kepeduliaan pada sesama.
Sekolah pada dasarnya adalah sebuah institusi sosial. Pendidikan merupakan sebuah proses sosial, dan sekolah merupakan bentuk komunitas kehidupan di mana semua agen kehidupan berkonsentrasi untuk membuatkan suasana bagi anak untuk bisa berbagi semua hal yang diperoleh dari masyarakat, dan juga untuk menggunakan kemampuannya untuk tujuan-tujuan sosial.
Yang perlu disadari semua pihak, para siswa tidak hanya cerdas secara akademis, seperti beprestasi dalam berbagai kegiatan science, memenangkan lomba matematika, memenangkan juara robotic se-Indonesia, memenangkan cepat tepat kimia, mewakili sekolahnya untuk tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional bahkan tingkat international dalam bidang-bidang tersebut dan semata-mata hanya untuk berprestasi juga mendapat pujian. Tetapi yang lebih utama dari semua itu adalah para siswa tersebut berpikir untuk mengaplikasikan ilmunya untuk kemajuan masyarakat sekitar dengan membuat karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat, seperti membuat destilasi air laut untuk menghasilkan air minum bagi masyarakat di sekitar pantai yang kesulitan mendapatkan air minum, menciptakan alat yang mampu mengolah sampah untuk menghasilkan energi bagi masyarakat sekitar, dan sebagainya.
Dengan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, maka siswa-siswa berprestasi dapat memiliki karakter sukses mulia. Di samping piawai dalam mengaktualisasikan kemampuannya, siswa berkarakter SuksesMulia juga memiliki kecerdasan emosional yang mampu memahami dan berbagi dengan lingkungannya, mereka akan mampu bekontribusi untuk masyarakat sekitar melalui kegiatan-kegiatan sosial, seperti aktif dalam kegiatan bakti sosial di sekolah maupun di rumah, dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
Di sisi lain, siswa berkarakter SusksesMulia, memiliki kecerdasan spriritual yang tidak hanya diperuntukan bagi diri sendiri tapi juga untuk masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan para siswa seperti kunjungan dan berbagi dengan anak-anak yatim dan panti asuhan, menjadi remaja masjid yang aktif dalam menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat, dan sebagainya.
Output siswa yang dididik oleh guru terbaik akan melejitkan prestasinya, baik itu dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Siswa tidak hanya suskses dalam bidang akdemik, tetapi juga memiliki produk yang bermanfaat bagi banyak umat manusia serta peduli pada sesama. Siswa tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri, tetapi memiliki kepedulian dengan orang lain, menebarkan manfaat bagi banyak orang. Dalam Hadits nabi ditegaskan: “sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.”
Ada tiga kunci penting yang harus dipersiapkan guru dalam menciptakan siswa berkarakter sukses mulia. Pertama, peningkatan motivasi. Kuncinya adalah mencintai peerjaan, menjadi guru sudah merupakan pilihan utama dalam hidup, dan tidak pernah berhenti untuk belajar, selalu mengajar dengan hati, dan memiliki nilai-nilai spiritual dalam mengajar. Kedua kapasitas pengetahuan. Kuncinya: menjelajahi kemampuan siswa dan memamahi arus informasi masuk yang masuk ke dalam otaknya. ketiga keterampilan. Kuncinya adalah Appersepsi, menggunakan variasai metode, menguasai media pembelajaran dan membuat RPP kreatif. Sejauh ini keterbatasan pengetahuan dan keterampilan serta lemahnya motivasi guru berakibat kepada stagnannya kualitas institusi pendidikan yang berujung pada lemahnya kualitas output siswa. Peningkatan mutu pendidikan suatu keniscayaan dan guru berada di garis terdepan. Patut dicatat, Guru terbaik merupakan gelombang masa depan Indonesia dan berkontribusi dalam mewujudkan peradaban SuksesMulia.
Leave a Reply