Coba kita tengok sejenak dua kata pada judul tulisan ini yang saya berikan tanda kutip. Sudah? Apa yang anda rasakan? Pada hakikatnya “copy – paste” adalah salah satu fitur di dalam teknologi computer untuk memudahkan penggunanya untuk menduplikasi karakter, kata atau kalimat ke lembaran aplikasi lain. Saya rasa siapapun yang telah lama ditemani oleh computer dan laptop pasti sangat sering menggunakan fitur ini, termasuk untuk kebutuhan seorang guru.
Tapi tunggu dulu, fitur yang sangat memudahkan ini bisa menjadi negative jika kita terlampau menggunakannya untuk hal-hal yang bersifat prioritas. RPP adalah salah satu kebutuhan utama para guru dalam setiap menjalankan proses pembelajaran. RPP juga merupakan perencanaan pembelajaran yang digunakan guru sebagai acuan dan pedoman mengajar ketika di kelas Suatu pedoman yang seolah-olah menjadi “ruh” dari kondisi ruang kelas saat kita mengajar. Di Indonesia, pemerintah sudah menyediakan produk bentuk “default” RPP untuk pedoman para guru. Ya hanya untuk menjadi “pedoman” agar standar pembelajaran tetap pada standar pemerintah Indonesia, namun bukan berarti untuk kita ikuti 100% seluruh isinya. Memang, banyak sekali perubahan demi perubahan oleh kementrian yang dimaksudkan untuk menyempurnakan RPP itu sendiri, mulai dari komponen sampai formatnya.
Kembali pada materi saya tentang “how to be a great teacher”, para guru harus mengenal betul-betul siapa yang diajarnya dan bagaimana karakteristik mereka melalui cara “discovering ability”. Lalu, bagaimana jika RPP yang kita dapatkan dari kementrian ternyata tidak cocok untuk anak didik dan kelas kita? Disitulah kita harus berkarya dengan kreatifitas. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang satu sama lainnya saling berkaitan. Yang artinya, merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan. Dalam pelaksanaan pembelajaran minimal terdapat lima komponen pokok yang perlu dipenuhi, yaitu komponen tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan sumber pembelajaran serta komponen evaluasi.
Untuk menyusun RPP terdapat beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, seperti:
- RPP dikembangkan dengan pendekatan sistem
- RPP dikembangkan berdasarkan pengetahuan siswa
- RPP dikembangkan untuk mempermudah siswa dalam membangun pengetahuannya
- RPP dirumuskan tidak hanya sekedar sebagai kebutuhan administrasi, tetapi merupakan upaya memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah.
Untuk membuat sebuah karya RPP yang kreatif, luaskanlah wawasan dan imajinasi anda tentang “apa yang mau kita lakukan” di dalam kelas. Berikanlah variasi metode, teknik apersepsi yang menarik, metode penilaian yang terperinci beserta rubriknya , buatlah kolom refleksi diakhir sebagai bahan evalausi dan perbaikan dan sesuai dengan kondisi siswa dan masih banyak lagi. Dalam setiap training saya, masih banyak guru yang kesulitan akan pembuatan RPP karya diri sendiri dikarenakan masih menjadikan RPP hanya sebagai dokumen pelengkap saja. Padahal dari 4 poin pertimbangan penyusunan RPP, yang paling akhir adalah kalimat “RPP merupakan upaya memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah. Jadi RPP yang bagus adalah menulias apa yang akan dilakukan dan melakukan apa yang ditulis.
Proses belajar mengajar harus memiliki kualitas kontrol manajemen (Management Quality Control) dalam setiap proses pembelajaran. Dengan demikian setiap RPP yang buat oleh peserta didik harus memiliki MQC, agar RPP yang dibuat tidak bersifat asal-asal. Konsekuensi dari penerapan MQC dalam pembuatan RPP adalah:
- Guru membuat perencanaan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
- Guru mendiskusikan rencana pembelajaran kepada Kepala Sekolah. Wakasek Kurikulum atau kepada konsultan sebelum menerapkannya dalam proses pembelajaran.
- Kepala Sekolah, Wakil Kurikulum atau konsultan melakukan observasi kelas
- Melaksanakan Feedback hasil observasi
Guru meminta konsultan untuk menjelaskan hasil observasi terhadap proses belajar. Sehingga, terjadi dialog dan interaksi yang berkesinambungan antara guru dan konsultan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
Benar, dalam setiap penyusunan RPP, sudah saatnya sekolah ikut andil dalam menjalankan fungsi pengawasan dan pemberian feedback. Baik itu pengawasan oleh masing-masing pengawas sekolah agar tetap pada RPP di jalur pemerintah maupun pengawasan oleh konsultan internal atau (bisa saja) seorang kepala sekolah atau bidang kurikulum untuk menyesuaikan RPP dengan kondisi sekolah.
Alhamdulillah saya sampai saat ini sudah melakukan supervisi dan menjalankan fungsi pengawasan untuk ribuan RPP dengan hasil yang memuaskan. Jadi, berdasarkan materi “how to be a great teacher”, 7 aspek keterampilan salah satunya adalah KETERAMPILAN guru membuat sebuah karya yang berasal dari diri sendiri yang bernama RPP berkualitas . Jadi, mulailah dari sekarang kita berkarya untuk membuat RPP. Dan tidak menutup kemungkinan RPP kreatif ini bisa menjadi sebuah buku atau kolom refleksi kisah sehari-hari bersama siswa dikumpulkan menjadi kisah-kisah inspiratif dan guru saya dipesantren ust. Muhdor menuliskan hasil refleksi RPPnya menjadi sebuah buku dengan tema “ Meminjam Catatan Seorang Ayah”
Saya yakin teman-teman semua bisa menghasilkan karya-karya RPP yang berkualitas dan mampu menulis buku… Aamiin…
Leave a Reply