Great Teaher : Teaching with heart & Soul

Mengapa perlu menjadi seorang Great Teacher? Sebuah pertanyaan yang penting untuk dijawab sebelum kita masuk kepada pembahasan mengenai apa saja prinsip-prinsip serta jurus-jurus jitu untuk menjadi guru terbaik yang mengajar dari hati dan memiliki ruhul mudarris.

‘Ketika guru berhenti belajar, maka berhentilah mengajar’. Ungkapan ini penting menjadi sebuah perenungan, sebab guru yang terbaik tidak hanya sibuk mengajar, tapi juga terus belajar. Semangat untuk terus belajar merupakan konsekuensi dari pekerjaannya yang harus selalu tampil kreatif dan menyenangkan.

IMG_1592 IMG_1593

Sayangnya, tak jarang guru terjebak hanya pada rutinitas mengajar dan lupa belajar. Akibatnya, ketika mengajar cenderung monoton, jenuh dan membosankan. Metode mengajar masih memakai cara konvensional, ada pula yang gagap terhaadap teknologi (gaptek).

Minimnya motivasi kurangnya kecintaan terhadap profesinya bisa jadi sebab lain hilangnya semangat kreatif guru. Mengeluh pada pekerjaan, minim kreasi, dan inovasi merupakan kendala yang dihadapi untuk menjadi Great Teacher.

Pekerjaan adalah sarana kita beribadah kepada sang Pencipta. Tentu saja mendapatkan imbalan surga dari Sang Pemilik semesta adalah manfaat luar biasa yang akan diperoleh oleh seorang Great Teacher.

Selain itu, manfaat lain yang juga bisa langsung dirasakan oleh seorang guru terbaik adalah dia akan disenangi siswa-siswanya. Menjadi guru favorit yang kehadirannya selalu ditunggu dan tidak adanya dirindukan oleh siswa sakitnya dido’akan. Kecintaan siswa pada guru merupakan pintu pembuka untuk mempermudah mereka memahami pelajaran yang disampaikan, menumbuhkan minat mereka dalam belajar, sekaligus menciptakan kondisi kelas yang kondusif.

Pengalaman penulis ketika memberikan pelatihan dan kesan yang paling inspiatif adalah pada ruhul mudarris ,yaitu guru yang memiliki ruh dalam mengajar,yang menjadikan profesinya sebagai panggilan jiwa, itu makna yang terdalam dari seorang  great teacher.

Dalam kitab tarbiyah wa ta’lim dikatakan  bahwa setiap guru harus mampu membawa muridnya untuk semangat belajar, tidak hanya menyampaikan materi tetapi  apa yang disampaikan itu dapat dipahami oleh anak didiknya dan meninpirasi.  Maka dari itu berbeda antara guru pintar dan guru yang pintar . Guru pintar guru yang mengajar hanya memperlihatkan pengetahuan yang banyak sedangkan guru yang pintar mampu melakukan empat hal yaitu :

  1. Mampu memmbawa muridnya terus memiliki motivasi, semangat dan kemauan belajar.
  2. Mampu menoling untuk mempelajari ilmu
  3. Mampu menolong murudnya untuk memahami ilmu
  4. Mampu menolong muridnya untuk memanfaatkannya.

Jadi guru yang pintar itu hanya memasukkan  dan mengisi otak anak muridnya dengan berbgai macam pengetahuan yang banyak diam waktu singkat (transfer knowledge) tetapi guru yang pintar itu mampu melakukan 4 hal di atas, dengan memahami, mengahafal menpraktekkan dan memanfaatkan.

Karena cara itu lebih penting dari materi. Pendidikan lebih penting dari ilmu , akhlak lebih penting dari ilmu guru dan ruh guru lebih penting dari segala-galanya, maka belajarlah adab baru ilmu.(Kitab Tarbiyah wa ta’lim, 2015). Pendidikan itu mengarah pada aspek kognitif , afektif dan psikomotorik, tidak hanya pada tataran pengetahuan saja akan tetapi yang paling utama bagaimana akhlak. Oleh sebab itu ketika guru mengajar cobalah renungkan apa tujuan dari pembelajaran yang diberikan ?

Apakah hanya sekedar transfer pegetahuan ? Apakah sekedar memperluas wawasan anak didik ? Sesungguhnya tujuan kita adalah membentuk akhlak anak didik. Jika belum sampai pada tujuan ini maka guru seperti robot yang perannya bisa digantikan oleh google. Maka seorang yang great teacher itu target pembelajaran adalah bagaimana bisa membentuk akhlak anak didik dan menjadikan kehidupannya lebih bermakna dan bermanfaat.

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ وَأَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

“Sebaik-baiknya manusia yang paling bermanfaat bagi manusia dan yang paling baik akhlaknya.”

إِنمَّاَ الأُمَمُ الأَخْلاَقُ مَابَقِيَتْ فَإِنْ هُمُوْا ذَهَبَتْ أَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا

“Tegak rumah karena sendi, rusak sendi rumah binasa. Tegak bangsa karena budi, hilang budi runtuhlah bangsa.”

Jadi jika guru yang mengajar adalah panggilan jiwa dan dari hati serta tujuan pembelajarannya adalah membentuk anak didik yang berahlak karimah maka kebahagiaan akan di rasakan oleh guru dan anak didik. Kemajuan sebuah bagsa itu ada pada manusia-manusia berkarakter. Jadi output dari pendidikan adalah menjadikan anak didik yang berkarakter dan tidak hanya teori tetapi dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Thomas Licona Educating for Character dikatakan bahwa : Ada tiga komponen nilai-nilai karakter yang baik, yaitu moral knowing, moral feeling, dan moral action. Tanpa ketiga aspek ini pendidikan karakter menjadi tidak efektif.

Mari kita merenungkan sikap guru terbaik yang pernah kita miliki dengan menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini :

Pertama : Bayangkan sosok guru terbaik yang pernah anda miliki, begitu diminta merenungkan lansung di otak kita adalah nama tersebut.

Kedua : Apa yang membuat merreka berbeda dengan yang lain ?

Ketiga :  Kenapa disebut guru terbaik ?

Keempat : Apa yang mereka lakukan sehingga dikenak sebagai guru terbaik ?

Kelima : Apa sifat istimewa yang mereka miliki ? Dibanding guru berkarakter tersebut apa sifat-sifat yang ada dan belum ada pada diri anda?

Nah dari pengalaman penulis berkeliling Indonesia berbagi dengan banyak guru ketika diminta guru terbaik yang dimiliki itu pasti : caring, Loving dan Inspiring. Semoga kita bisa menjadi guru terbaik yang dikenang dan tidak akan terlupakan oleh anak didiknya sepanjang masa.

Saya menemukan guru yang Great teaching with heart dan jiwa. Di kabupaten labuhan batu , mereka berangkat pelatihan dengan menggukan perahu kecil/sampan untuk bisa berangkat ke lokasi. Sebelum pelatihan dimulai panitia meputar video, bagaimana perjuangkan mereka untuk bisa belajar ikut pelatihan “How to be a Great Teacher”. Perjuangan dan upaya yang tidak mudah dikarenakan trasportasi yang sulit untuk bisa sampai di Kota labuhan batu. Ada peserta yang berangkat habis shalat subuh, naik perahu, menyeberangi sungai dan lanjut naik bus untuk bisa ikut pelatihan, Ada juga yang menbawa anaknya , dan anaknya tidur dilantai menunggu ibunya belajar. Semoga anak ini kelak anak yang hebat dan meraih kehidupan sukses dan mulia. Lelah perjalanan yang saya lakukan teryata belum ada apa-apanya dibandingkan dengan jihad guru-guru tersebut, karena kisah perjalanan mereka sangat heroik untuk bisa belajar dan sampai di lokasi pelatihan. Jadilah guru terbaik karena itu akan mengantarkanmu menuju surga.

By :
Ferdinal Lafendry
Great Teacher Trainer

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *