Pembagian jenis guru ke dalam 4 kategori ini pertama kali dicanangkan oleh William Arthur Ward, salah satu pakar dan praktisi dunia pendidikan yang terkemuka. Dengan quote nya yang sangat terkenal, yaitu
“The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires” – William Arthur Ward
Perlu diakui, selama ini sekolah-sekolah telah terjebak dalam materialisme kurikulum pendidikan. Kebanyakan guru hanya berorientasi pada aspek kognitif dari proses belajar mengajar. Guru hanya sebagai agen pendidikan yang bertugas meyuapi pengetahuan pada anak-anak, tanpa berpikir potensi apa saja kah yang terdapat pada anak didiknya. Anak-anak terbatas pada sistem yang mengekang mereka. Mereka tidak bisa berkembang sesuai dengan minat dan potensinya karena terperangkap oleh orientasi kognitif. Menurut saya, hal ini turut menjadi salah satu faktor utama yang membuat siswa mencari kegiatan negative di luar sekolah. Mereka telah merasa jenuh dan bosan hanya duduk mendengarkan dan membaca buku.
Jika kita melihat dari sisi guru, masalah utama bagi guru dalam dunia pendidikan bukan lagi tertumpu pada kesejahteraan guru. Dulu, memang perlu diakui bahwa pendapatan seorang guru yang relatif kecil bisa menjadi serangan psikologis bagi profesi seorang guru. Walaupun bisa dibilang saat ini masih ada banyak guru yang masih merasakan hal itu, namun kita perlu melihat juga adanya tunjangan sertifikasi guru adalah upaya pemerintah menutup celah bobroknya sistem pendidikan. Selain itu, dengan kemajuan tingkat teknologi yang semakin pesat, bisa dimanfaatkan guru untuk mengasah kreatifitas mereka untuk menambah pundi-pundi. Akan tetapi, tunjangan sertifikasi guru dan perkembangan teknologi nampaknya belum merubah guru menjadi good teacher, superior teacher apalagi great teacher.
- MEDIOCRE TEACHER (Tells). Pertama kali kita mendengar kata “medioker” saja rasanya tingkatan kategori guru ini sangat rendah sekali. Inilah kategori guru yang sangat menjengkan bagi sebagian besar siswa. Beberapa ciri yang paling menonjol dari guru medioker adalah monoton, mata lebih banyak melihat buku dan membacanya, selalu duduk atau berdiri di depan ruang kelas, pendapat yang mereka keluarkan bersifat absolut dan masih banyak lagi.
Dari beberapa pelatihan yang saya pernah lakukakan, mayoritas perilaku guru saat mengajar masih dalam tahap ini. Guru medioker ini terkesan pergi ke sekolah hanya untuk menggugurkan kewajibannya sebagai seorang guru. Bayangkan saja selama 2 x 45 menit jam belajar, siswa hanya mendengar suara guru dan pemandangan kelas yang sangat amat monoton. Saya selalu katakan disetiap pelatihan yang saya berikan, “bagi anda yang merasa masih pada tahap ini, segeralah berhenti menjadi seorang guru, atau cepat bergegas untuk berubah!”.Lalu dijaman yang serba modern ini, apakah perilaku mereka berubah? Jawabannya bisa “iya” dan bisa “tidak”. Jujur saja, salah satu contohnya, saya masih banyak melihat guru yang telah menggunakan media belajar Microsoft Power Point namun apa yang ditampilkannya hanya berupa teks yang panjang seperti buku dan dibaca ulang. Guru medioker pun biasanya susah menerima hal baru dan sulit untuk menerima kritik. Mereka berpendapat apa yang mereka lakukan sudah benar dan menutup diri mereka untuk berkembang. Guru pada tahap ini mempunyai dampak yang meluas dan cenderung negatif. Guru seperti ini hampir tidak disenangi oleh seluruh siswa karena cara mengajarnya, guru juga kemungkinan dikomplain oleh orang tua siswa, bahkan mungkin sampai kearah penurunan rasa hormat siswa kepada guru. Ketika potensi siswa tidak mampu dimunculkan oleh guru, maka dapat melahirkan siswa yang bosan untuk belajar di sekolah dan lebih senang menghabiskan waktu untuk melakukan tindakan-tindakan negatif.
- GOOD TEACHER (Explains). Good teacher, merupakan kategori dimana guru satu langkah lebih baik dibanding guru medioker. Guru pada tahap ini selain mampu berceramah berdasarkan buku, mereka juga bisa menjelaskan materi dengan analisa yang baik dari latar belakang ilmu yang dimilikinya. Selain itu, gaya mengajarnya juga masih bersifat teacher center . Nah, teacher center ,kondisi dimana kesan diskriminasi terhadap pendapat siswa terjadi di dalam ruang kelas.
Ada sedikit anekdot yang mungkin bisa menggambarkan seperti apakah kondisi teacher center tersebut, “Pasal 1 : Guru selalu benar, Pasal 2 : Jika guru salah, kembali pada pasal 1. Cukup menggelitik namun cukup masuk diakal untuk menggambarkan bagaimana kondisi teacher center itu. Menurut Pakar NLP Anthony Robbins, “tragedi terbesar dalam dunia pendidikan adalah, sebagian besar guru kita memahami mata pelajaran, namun tidak memahami murid-murid mereka”. Bila guru hanya mampu menerangkan dan terampil daam men-transfer pengetahuan, maka suatu saat guru pada tahap ini dapat digantikan dengan media teknologi modern. Saya selalu beranggapan bahwa cara mengajar guru pada tahap ini bak memasukan cairan apapun ke dalam gelas, yang belum tentu gelas itu mampu menampung cairan tersebut.
- SUPERIOR TEACHER (Demonstrates). Kebalikan dari good teacher yang teacher centered , superior teacher telah membuat suasana kelas menjadi lebih interaktif dan kreatif. Tidak ada lagi yang namanya diskriminasi pendapat dari para peserta didik, semua siswa berhak menyatakan pendapat, sanggahan, kritik dan saran baik kepada materi, guru mapun siswa lain. Guru yang superior malakukan cara atau mendemonstrasikan dengan dasar materi pembelajaran kepada siswa.
Guru pada jenis ini sudah jauh lebih baik dibanding 2 jenis sebelumnya. Dalam proses pembelajaran guru superior selalu membawa alat-alat pembelajaran untuk disajikan kepada siswa. Alat-alat demonstrasi pada jaman sekarang sangat penting sekali keberadaannya, baik itu yang bersifat teknologi ataupun konvensional (sederhana). Siswa pun lebih mampu mengingat jika materi-materinya diwakili oleh suatu peragaan yang unik, sehingga siswa tidak hanya mampu menyebutkan materinya tapi juga sudah mampu mengetahui seperti apa bentuk secara visual materi yang mereka pelajari. Selain itu, guru superior juga sudah menggunakan active learning yang dimaksudkan bahwa saat proses pembelajaran harus menciptakan peran serta anak didik seluas-luasnya. Misalnya keberanian untuk mengajukan pertanyaan, mengemukakan gagasan dan mencari data dan informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah. Pola pembelajaran seperti inilah sebuah perubahan paradigma lama yang didominasi guru (teacher centered) menjadi student centered yang memprioritaskan peserta didik untuk berperan penuh dalam proses belajar mengajar.
- GREAT TEACHER (Inspires). Jenis guru ini lah yang sangat dibutuhkan bangsa ini maupun dibelahan dunia manapun. Jenis guru yang selalu diharapkan oleh semua peserta didik. Guru yang mempunyai x-factor dalam setiap proses pembelajarannya, guru yang menjadikan pekerjaannya adalah ibadah, dan guru yang merasa berdosa jika tidak bisa menginspirasi peserta didiknya.
Great Teacher mampu menentukan dan menemukan arah dan masa depan peserta didik yang dampaknya otomatis guru itu akan menjadi teladan siswa dalam menjalani kehidupannya baik di sekolah, rumah, lingkungan, dan masa depannya kelak. Untuk itu, kehadiran great teacher sangatlah penting untuk melahirkan siswa yang berkarakter mulia.
Guru terbaik (great teacher) adalah guru yang mampu menemukan dan melejitkan potensi anak didiknya sehingga potensi anak didik tersebut bisa menjadi profesinya dikemudian hari. Setidaknya, untuk menjadi guru terbaik diperlukan tiga hal penting yang harus dipersiapkan guru, yaitu: 1. Motivasi, 2. Pengetahuan dan 3. Keterampilan.
Terdapa di kategori apa kah kita? Mau kah kita upgrade diri kita?
Salam…
Ferdinal Lafendry
Great Teacher Trainer
Assesor Pedagogis Gerakan Indonesia Mengajar
Leave a Reply