Pentingnya Timing Apersepsi Dalam Mengajar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera untuk kita semua …

Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagi bersama teman-teman semua tentang bagaimana pentingnya proses mengawali suatu kegiatan belajar mengajar dengan apersepsi. Sebenarnya, apa sih arti dari apersepsi itu?. Dalam sejarahnya, orang yang pertama kali mengenalkan istilah teori apersepsi adalah Johann Friedrich Herbart (1776-1841), seorang psikolog, filsuf, sekaligus guru ahli yang berasal dari Jerman. Pandangan Herbart tentang apersepsi adalah sebagai berikut.

 

  1. Teori tahap-tahap perkembangan budaya yang menyatakan bahwa ras manusia berkembang melalui tahap perkembangan budaya tertentu, dan tahap-tahap tersebut akan di ulangi dalam perkembangan individu.
  2. Seorang manusia yang baik memerintahkan dirinya sendiri, sifat dasar manusia terdiri dari dua factor, yaitu diri yang memerintah dan diri yang menolak. Mendidik orang muda agar dapat berbuat baik, bebas, dan mantap, terwujud apabila sifat dasarnya mau melakukan perbuatan tersebut.
  3. Jika dibekali satu perbuatan khusus untuk mereaksi terhadap hal-hal yang ada terhadap lingkungannya.

 

Herbartisme disebut juga Teori Herbartian atau Apperception. Tiga tahap pembelajaran menurut pandangan apperception adalah :

  • penerimaan rangsangan,
  • ingatan – menghasilkan kembali apa yang diketahui,
  • pemahaman – hasil pemikiran konsep dan generalisasi

Banyak juga ahli yang berusaha mendefinisikan arti apersepsi, misalnya menurut Nurhasnawati, apersepsi bertujuan untuk membentuk pemahaman. Seperti yang dikutip di dalam bukunya yang berjudul Strategi Pengajaran Mikro yakni, jika guru akan mengajarkan materi pelajaran yang baru perlu dihubungkan dengan hal-hal yang telah dikuasai siswa atau mengaitkannya dengan pengalaman siswa terdahulu serta sesuai dengan kebutuhan untuk mempermudah pemahaman.

Jadi bisa kita simpulkan bersama, bahwa apersepsi dalam mengajar adalah suatu proses dimana seorang guru harus mampu mencari cara terbaik dalam membuka proses belajar mengajar agar peserta didik dapat memahami materi dengan mudah. Pembukaan adalah bagian terpenting dalam sebuah awal proses belajar. Kebanyakan siswa hanya menilai kita pada menit-manit awal, yang seringkali kita malas dan lupa untuk memikirkan sesuatu yang “wah” diawal. Seringkali kita melihat siswa yang diam (terlihat malas) dan berwajah muram ketika melihat seorang guru masuk kelas dimenit-menit awal proses belajar. Terlebih lagi jika mata pelajaran yang kita ampuh adalah salah satu mata pelajaran yang cukup disegani oleh siswa.

Sebelum membahas lebih lanjut, saya coba me-review materi pelatihan saya tentang bagaimana menjadi seorang great teacher. Pada salah satu kunci utama untuk menjadi seorang great teacher, ada dimana seorang guru harus mempunyai pengetahuan tentang otak siswa yang berdampak secara psikologis dalam proses belajar mengajar. Ada 4 jenis gelombang otak pada manusia yang wajib guru ketahui untuk mendapatkan hasil apersepsi yang “wah”, yaitu:

  1. BETA (12-25 Hz):

Pada kondisi gelombang beta, aktivitas yang biasa kita lakukan dalam kondisi yang sadar, melakukan aktivitas sehari-hari yang berkonsentrasi tinggi, melakukan debat, berolahraga atau melakukan proyek yang rumit

  1. ALFA (8-12 Hz):

Selanjutnya, gelombang alfa mengartikan jika kita dalam keadaan rileks tetapi waspada, misal membaca, menulis, melihat, memikirkan jalan keluar suatu masalah.Saat yang paling tepat untuk belajar, karena neuron berada dalam suatu harmoni, melakukan tembakan impuls listrik bersamaan dan beristirahat juga bersamaan. Hal ini menunjukan terjadi efesiensi pada jalur saraf

  1. THETA (4-8 Hz)

Ini adalah gelombang dimana kita dalam keadaan sangat rileks, kondisi meditatif, ide-ide kreatif muncul, wujud-wujud pemikiran dan bentuk baru banyak bermunculan.

  1. DELTA (0.5-4 Hz)

Gelombang dengan frekuensi terendah ini menyatakan bahwa kita dalam keadaan yang tertidur.

Jika kita melihat ke-empat jenis gelombang tersebut, gelombang alpha lah yang paling cocok untuk memulai suatu proses pembelajaran, dimana siswa sudah merasa nyaman, siap dan rileks. Dan, untuk menuju kea rah gelombang tersebut, kita harus mempunyai proses apersepsi yang memukau untuk memulai suatu proses mengajar. Lalu, bagaimanakah bentuk-bentuk apersepsi yang memukau itu?

Dalam bukunya “Gurunya Manusia”, Bapak Munif Chatib mengatakan bahwa kita harus memulai suatu proses belajar mengajar dengan scene setting, atau dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan dengan pengaturan suasana atau kondisi. Pada dasarnya, kemampuan seorang guru untuk memulai proses belajar harus didasari dari kreativitas guru itu sendiri. Ada banyak sekali contoh cara untuk menghasilkan sebuah apersepsi yang “wah”. Misalnya, kita bisa memulai proses belajar mengajar dengan kisah-kisah inspiratif yang kita tahu, berita dan informasi terkini dan cerita imajinatif.

Ada pula cara dari buku Quantum Teaching karya Bobby de Porter tentang manfaat materi yang kita kenal dengan AMBAK (Apa Manfaat Bagi Aku) untuk membangun konsep pembelajaran. Jika kita sudah mempunyai modal berkata-kata yang cukup baik, kita bisa melakukan motivasi diawal pembelajaran, atau dengan gerakan-gerakan pelemasan tubuh yang kreatif, bahkan beberapa film singkat yang berhubungan dengan materi. Masih banyak lagi cara untuk menarik siswa ke dalam zona gelombang otak alfa untuk hasil belajar yang lebih maksimal.

So, kita menjadi guru harus lebih tahu secara menyeluruh tentang pengetahuan dan proses untuk menjadikan hasil belajar peserta didik lebih maksimal tanpa memaksa mereka untuk merasa terpaksa sekolah. Salam … .

 

By :

Ferdinal Lafendry
Great Teacher Trainer
Assesor Pedagogis Gerakan Indonesia Mengajar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>