Guru, apa yang kita bayangkan saat mendengar kata “guru”? Salah satu warga sekolah? Orang yang suka mengatur dan menyuruh kita selama duduk dibangku sekolah? Atau seseorang yang bahkan sampai saat ini masih terasa akan jasa-jasanya dikehidupan kita?. Apapun jawaban anda, pada kesempatan kali ini saya akan menulis tentang sosok dan profesi itu. Sosok yang saya selalu ingat, bahkan saat saya menulis kata demi kata dalam tulisan ini.
Mengapa “guru” begitu menarik dan berarti bagi saya? Karena, baik menurut pendapat pribadi dan berdasarkan fakta-fakta yang ada, sampai saat ini pendidikan di Indonesia masih belum memberikan andil besar bagi kehidupan bangsa. Indra Jati Sidi mengemukakan, bahwa berdasarkan hasil studi di negara-negara berkembang, guru memberikan sumbangan dalam prestasi belajar siswa sebesar 36% selanjutnya manajemen 23% waktu belajar 22% dan sarana fisik 19 %. Hasil survey yang dilakukan oleh Mailing Research Education pada Februari 2006 terhadap siswa-siswi SD, SMP dan SMA bahwa pelajaran yang sulit bagi siswa adalah matematika dan bahasa inggris, namun hal ini ternyata bukan karena faktor bidang studinya yang sulit dipahami (20% – 30%) akan tetapi lebih kepada faktor guru dalam penyampaian materinya (70% – 80%). Dari pendapat dan fakta-fakta tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia terletak pada kualitas sumber daya manusia atau kualitas guru dalam berbagai level pendidikan. Rendahnya kualitas guru di semua jenjang pendidikan adalah akar penyebab kesulitan peningkatan pendidikan.
Lalu, setelah kita mengetahui hal-hal diatas, apa yang kita bisa lakukan bagi pendidikan? Saya coba mulai berangkat dari salah satu quote yang sering saya unkapkan saat pelatihan guru “Great School = Great Teacher”. Kembali kita melihat kalimat terakhir pada paragraf sebelumnya yang menyebutkan bahwa akar dari semua permasalahan pendidikan adalah kualitas guru. Ya! Akar, suatu bagian dari suatu sistem yang berperan penting untuk menjaga sistem tersebut tetap berdiri dengan tegak dan memberikan asupan-asupan baik bagi anggota sistem diatasnya. Kita analogikan sekolah adalah sebuah pohon, dan guru adalah sebagai akarnya. Sesederhana itulah saya dalam melihat kompleksnya pendidikan di Indonesia.
Sekarang coba kita ingat-ingat kembali masa dimana kita masih duduk dibangku sekolah, duduk didalam kelas, mendengarkan guru berbicara, melihat guru menulis kata-kata di papan tulis dan mengerjakan tugas-tugas darinya. Apa yang anda ingat pertama kali? Saya berani menjamin ada satu atau dua atau lebih guru yang anda ingat hanya memberikan kesan bosan, jenuh, monoton, tidak menarik dan lain-lain.
Saat saya menjalankan pekerjaan saya sehari-hari sebagai trainer dan konsultan pendidikan, dibanyak sekolah, tidak sedikit guru yang mengajar sangat apa adanya, hanya sekedar menjalankan kewajiban, hanya sekedar memenuhi rutinitas, dan terlihat tidak enjoy dalam melaksanakan tugasnya. Bahkan, ada pula yang sudah mengajar selama 10 tahun tapi tidak terlihat aura semangat darinya. Bisa jadi 10 tahun itu juga adalah setahun yang diulang-ulang tanpa ada perbaikan dan penyempurnaan. Akibatnya banyak siswa yang jenuh dan bosan. Dampak lebih lanjutnya, guru seperti ini tidak disenangi oleh siswa karena mengajarnya, lalu orang tua complain terhadap nilai anak dan berkesimpulan bahwa guru tersebut telah gagal dalam mengajar sehingga tidak dapat melejitkan potensi siswa. Lebih jauh lagi, ketika potensi siswa tidak mampu dimunculkan oleh guru, maka dapat menyebabkan siswa yang tidak tertarik untuk belajar di sekolah dan lebih senang menghabiskan waktu di luar sekolah, tidak menutup kemungkinan melakukan tindakan-tindakan negatif, termasuk didalamnya adalah tawuran antar pelajar. Disisi lain ada guru yang sangat menjiwai pekerjaannya,merasa gembira menjalankan aktivitasnya sebagai guru, bergairah dalam melaksanakan tugasnya dan menjadikan pekerjaan yang dilakukannya sebagai bentuk Ibadah kepada Tuhan. Konsekuensinya, melahirkan sikap penuh semangat dalam mengajar, berangkat ke sekolah tepat waktu, menyiapkan rencana pembelajaran yang kreatif, ramah dengan anak-anak. Implikasi dari sikap tersebut adalah guru akan disenangi oleh siswanya, disenangi oleh orang tuamurid, dipertahankan oleh yayasan karena takut akan kehilangan aset terbaiknya. Tidak menutup kemungkinan, guru seperti itu akan dikirim untuk menjadi guru teladan, menjadi trainer bagi guru-guru, bahkan diangkat menjadi konsultan buat guru-guru yang lain. Dalam setiap pelatihan guru selalu saya minta guru untuk menyebutkan guru yang terkenang dalam hidupnya baik itu disaat TK, SD, SMP dan SMA rata-rata mereka mengungkapkan guru yang terkenang dan tidak pernah dilupakan adalah : guru yang kompeten dibidangnya, berhasabat, menginpirasi, mengajar penuh dengan perhatian dan aura kecintaan yang tulus. Nah sekarang apabila anda seorang guru kemudian diminta murid menyebutkan nama guru terbaiknya apakah akan muncul nama anda ? semoga….. Maka guru terbaik takan pernah dilupakan oleh siswanya.
Untuk itulah dibutuhkan “great teacher” yang kreatif, interaktif dan inovatif dalam mengajar,dan menggunakan metode-metode mutakhir dalam dunia pendidikan. Lalu bagaimana cara menjadi seorang “great teacher”? Sulitkah? Saya akan coba berikan kuncinya agar bisa menjawab pertanyaan itu.
Kunci Untuk Menjadi Guru Terbaik
“Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka putuslah amalannya, melainkan dari tiga hal yaitu sedekah yang mengalir [jariah], ilmu yang diambil manfaatnya dan anak shalih yang mendoakan untuknya”. [H.R Muslim]. Berangkat dari sebuah hadist saya menyimpulkan bahwa guru merupakan pekerjaan dan profesi yang paling mulia, dan yang paling kaya, karena setiap hari memberi, memberi ilmu. Bahkan Nabi Muhammad SAW menegaskan, guru adalah orang yang dijamin mendapat passive income (keuntungan pasif yang tidak terputus) dunia akhirat.
Untuk menjadi guru terbaik diperlukan tiga hal penting yang harus dipersiapkan guru
- Motivasi, 2. Pengetahuan dan 3. Keterampilan.
Kunci Pertama, Peningkatan Motivasi. Guru yang memiliki motivasi tinggi, dia akan mencintai betul pekerjaannya dan menjadikannya profesi menjadi guru adalah pilihan utama.Mengajar dengan hati, dan menghadirkan anak didiknya dalam do,a. Saya pernah terharu ketika anak didik saya menghampiri dan mengatakan, bapak kok tidak mengajar kita lagi, kita kangen diajar sama bapak lagi, bapak itu mengajarnya asyik dan menyenangkan, pokoknya belajar sama bapak seru. Saya berkata dalam hati bapak juga kangen sama kalian nak, ternyata tiga hal yang saya lakukan setiap mau mengajar membuahkan hasil. Pertama, dimalam hari saya cek RPP dan menyiapkan yang terbaik dengan pembukaan yang menarik, menggunakan variasi metode. Intinya adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengajar diesok hari. Kedua, sejak menjadi guru saya selalu mencari dan mempelajari berbagai strategi dan metode pembelajaran, ice breaking, katalog rencana pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Semua itu menjadi modal saya untuk mengajar dengan menyenangkan. Ketiga, menghadirkan mereka dalam do’a. Sehabis shalat subuh atau dalam perjalanan menuju sekolah memanjatkan do’a kepada Allah, “Ya Allah yang maha pengasih dan lagi maha penyayang, aku pinjam ilmumu untuk aku berikan yang terbaik buat anak didikku.” Setiap akhir tahun saya meminta para siswa untuk menuliskan pesan dan kesan selama belajar bersama, dan sampai sekarang testimoni itu masih saya simpan dan terkadang dalam kesesndirian saya baca lagi tanpa disadari air mata menetes ketika membaca testimoni siswa yang pernah diajar…
Mahmud Yunus dalam Tarbiyah al-Ta’lim mengatakan bahwa, “cara itu lebih baik daripada guru, guru lebih baik dari cara itu sendiri dan yang terpenting adalah penjiwaan menjadi guru lebih penting dari guru itu sendiri”. Dari pandangan itu sudah terlihat, bahwa guru dan jiwa adalah satu kesatuan yang tidak boleh saling terlepas. Jika seorang guru sudah mempunyai kunci nomor satu ini, saya yakin kunci-kunci lainnya untuk menjadi seorang “great teacher” akan sangat mudah untuk dilakukan.
Di sisi lain, guru tak pernah boleh berhenti untuk belajar, selalu meningkatkan wawasan terkini dan pengetahuannya baik itu dalam mengikuti pelatihan, membaca buku, mengikuti workshop, seminar, diskusi, menulis dan berbagai kegiatan lain, guna terus bisa memantaskan diri. Di dinding majlis guru ada kalimat yang sangat inspiratif, “ bila guru berhenti belajar maka guru berhenti mengajar” maka salah satu indikator gutu terbaik adalah guru tak pernah berhenti untuk belajar. Di Darqo 3 sendiri ada 45 sessi materi training dari mulai level basic, intermidiate dan advance. Pelatihan dilakukan dua kali seminggu, terus berupaya meningkatkan kapasitas guru dengan pelatihan guru yang kontinyu idelanya dalam sebuah lembaga pendidikan 60 % Guru mengajar dan 40% guru belajar………..
MIRIAM KRONISH Kepala Sekolah SD John Eliot, Needham, Massachusetts, USA
( Sekolah terbaik di Amerika ) mengatakan :
Masa depan pendidikan Amerika ditentukan oleh sebuah kekuatan. Dan jika saja kami mempunyai kekuatan, kekuatan tersebut adalah program utama di sekolah kami yaitu PELATIHAN GURU.
Guru tidak hanya cukup membaca metode-metode pembelajaran terbaru. Guru harus dilatih di dalamnya, seperti halnya AKTOR atau PENYAIR perlu berlatih. Setelah itu, guru baru bisa mengajarkannya kepada orang lain. Guru profesional adalah gelombang masa depan Amerika. Maka kalimat terakhir saya ubah menjadi guru terbaik adalah gelombang masa depan Indonesia
Kunci kedua Peningkatan kapasitas pengetahuan guru harus terus dilakukan. Peningkatan kapasitas pengetahuan harus dilakukan dengan, Pertama, menjelajahi kemampuan siswa. Menjelajahi kemampuan siswa berarti menemukan keunggulan dan minat yang terdapat pada siswa tersebut, kemudian dikembangkan, sehingga siswa menemukan potensi yang dimilikinya. Kedua, Memahami cara kerja otak dalam menyerap informasi. Dalam proses pemberian informasi pada siswa, guru harus memberikan konsumsi otak kanan dan otak kiri secara seimbang. Menurut Tony Buzan, pakar mind-mapping, seorang anak yang berusia 0-8 tahun, atau kira-kira setara dengan siswa kelas 3 SD, sebanyak 80% pembelajaran mendominasi otak kanan. Sedangkan pada usia 9 sampai 60 tahun seseorang perlu melakukan penyeimbangan antara otak kiri dan otak kanan (50/50). Apabila terlalu dominasi di otak kiri akan terlihat kaku dan jika terlalu dominasi otak kanan dapat menjadi manusia yang tidak beraturan.
Di sisi lain guru juga perlu memahami bahwa dalam 1 kepala ada 3 bagian otak yang disebut Triune Brain (reptile, mamalia dan neocortex). Kita awali dengan contoh, misalnya sebelum mengajar guru terlebih dulu memamantau kebersihan kelas, dan pencahayaannya, untuk memuaskan otak reptil. Otak reptil akan merasa nyaman jika kondisi sekitar mereka pun dirasa nyaman, dan akan memberontak jika kondisi yang sebaliknya terjadi. Setelah itu, dalam mengajar guru perlu melibatkan emosi siswa (mamalia), salah satu contohnya adalah dengan tersenyum. Ketika kedua otak ini sudah terpuaskan barulah mulai masuk ke otak berfikir yaitu (neocortex). Tahap berikutnya guru perlu mengetahui gelombang otak atau Wave Brain (alpha, beta, tetha dan delta). Kondisi terbaik siswa menerima pelajaran ketika gelombang otak dalam keadaan alpha. Dalam kunci yang ke-2 ini saya merumuskan kesimpulan dengan sebutan 234. 2 belah otak (kiri-kanan), 3 bagian otak (reptile, mamalia dan neocortex) dan 4 gelombang otak (alpha, beta, tetha dan delta).
Kunci terakhir adalah Keterampilan, yang berupa apersepsi. Bukalah materi pelajaran dengan senyum, pujian, pantun, cerita lucu, gambar lucu, ice breaking, brain gym, musik (Alfa Zone). guru mampu memecah kebekuan di dalam kelas dengan mengalfakan otak siswa., membuat suasana menjadi rilex, karena kondisi inilah yang paling pas dalam proses pembelajaran …..
Terus dilanjutkan dengan memberikan pengantar sebelum masuk materi bisa dengan film , analogi, cerita inspiratif, konsep Apa Manfaat Bagi Aku (AMBAK), temuan-temuan baru, kuis, motivasi, dan menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. berita terkini, demonstrasi sesuatu yang terkait dengan materi, kutip fakta dari TV atau radio, kutip kalimat orang bijak, pertanyaan, relaxasi, dan penyampaian tujuan pembelajaran menurut Bobbi de Porter istilahnya, berikan pengalaman sebelum menamai. Dengan menggunakan teknik apersepsi yang variatif, maka pada menit-menit pertama akan sangat berkesan dan kehadiran guru sangat dinanti oleh siswa. Inilah yang disebut dengan scene setting , set Induction atau di pondok pesantren kita kenal dengan Al Wshusuulu ilal Mauduu’ untuk membangun konsep awal pembelajaran. Saya selalu gunakan setiap mau mengajar dan memberikan pelatihan guru dengan membuat analogi, cerita inspiratif yang saya peroleh dari hasil bacaan, motivasi, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, dan itulah yang selalu menginpirasi bagi siswa dan peserta training yang pernah diberikan. dan saya sungguh bahagia mendengarnya…..
Selain menguasai teknik apersepsi guru harus juga menguasai variasi metode pembelajaran, hal ini merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan. Keterampilan pun dapat ditumbuhkan dengan menggunakan media pembelajaran yang variatif dan inovatif, yaitu dengan praktek menggunakan manfaat teknologi (ICT) dalam pembelajaran (keahlian dalam cutting film, membuat slide yang menarik dalam mengajar) dan mengajar dengan menggunakan bahan bekas berkualitas. Di pondok kita mengenalnya dengan ‘Al Wasaailul iidooh” Membuat Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) yang kreatif. RPP harus wajib karya guru yang bersangkutan sendiri. Apabila Rencana Pembelajaran ini dibuat dengan sungguh-sungguh, maka bisa menjadi buku ajar dan hasilnya menjadi sumber inspirasi bagi guru-guru yang lain. Penguasaan dalam manajemen kelas, (Istauliyatul Fashli) memiliki kemampuan public speaking dan menulis adalah juga sebuah keharusan bagi seorang “great teacher”. Sebenarnya apa yang saya tulis ini ada dalam buku tarbiyah wa ta’lim yang dipelajari di pesantren saya hanya mencoba mengembangkan ,mencari, dan menggunakan istilah-istilah baru dalam konteks kekinian…
Guru Terbaik (Great Teacher) adalah guru yang mampu melejitkan potensi anak didiknya sehingga anak didiknya menemukan potensi dan menjadi profesinya dikemudian hari. Kata kunci kemajuan pendidikan adalah kualitas gurunya, karena guru terbaik akan melahirkan anak-anak yang hebat. Gurulah yang memiliki tanggung jawab dan berada di garda terdepan dalam menciptakan sumber daya tersebut. Jadilah guru terbaik karena itu akan mengantarkanmu menuju surga. Great Teacher = Great School = Great Indonesia. Salam …
Leave a Reply