“SMA Taruna Persada”, adakah dari teman-teman yang pernah mendengar sekolah tersebut? Mungkin tidak ada yah, atau sangat sedikit sekali yang pernah mendengarnya. Di kalangan penggemar sepakbola atau futsal dan olahraga lainnya, nama sekolah ini mungkin pernah terbesit di telinga anda. Jujur saja, nama sekolah ini jauh lebih terkenal di daerah dibanding di Kota Jakarta ini. Mengapa?
SMA Taruna Persada adalah salah satu sekolah swasta yang terletak di Kelurahan Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sekolah ini melahirkan banyak prestasi yang mayoritas dari bidang olahraga. Berbagai macam kejuaraan seringkali mereka raih tanpa kesulitan yang berarti. Mulai dari Liga Pendidikan Indonesia (LPI), Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS), dan masih banyak lagi. Sekolah ini berisikan siswa-siwa yang bertalenta dalam bidang olahraga, sepakbola khususnya. Banyak anak-anak dari seluruh daerah di Indonesia ditarik untuk bersekolah disini. Papua, Padang, Maluku, Nusa Tenggara, Jawa dan lain-lain bergabung menjadi suatu kesatuan Tim Sepakbola SMA Taruna Persada yang kuat. Tidak hanya dari sepakbola, di sekolah ini juga pernah disekolahi atlet renang nasional yang meraih medali perak pada SEA Games lalu, Kania.
Wah, tampaknya dari cerita itu, sekolah ini pasti penuh sesak dengan perebutan bangku sekolah dari anak-anak yang mempunyai talenta yah? Apalagi lokasinya berada ditengah-tengah Kota Jakarta. Tunggu dulu, faktanya, di sekolah ini hanya terdapat rata-rata 50 – 70 siswa yang terbagi hanya kedalam 3 kelas ( X, XI dan XII ). Tidak semembahana prestasi non-akademiknya, kondisi kualitas akademik, kualitas manajemen dan infrastruktur sekolah ini cukup memprihatinkan.
Bulan Januari 2014, saya memulai kisah perjuangan sebagai konsultan pendidikan di SMA ini. Hal ini berkat kerjasama antara saya pribadi dengan Lembaga Non-Profit di bidang pendidikan Care4Kids Indonesia. Kami bersama-sama ingin meningkatkan kualitas sekolah dari seluruh sisi (akademik dan non-akademik) dengan menyentuh 3 aspek utama, yaitu kualitas guru, kualitas manajemen dan kualitas infrastruktur sekolah.
Sangat banyak hal-hal yang menjadi tantangan bagi saya untuk menjalankan program ini. Mulai dari tidak tertibnya guru, konflik internal, bahkan “menghilangnya” guru tanpa pamit. Diawal saya melakukan program ini, penemuan-penemuan penting menjadikan saya membuat action-action prioritas untuk sekolah ini. Saya memulainya dengan membenahi perangkat-perangkat kerja seluruh petinggi sekolah beserta guru-guru regular. Mulai dari program kerja, kegiatan tahunan, program promosi sekolah sampai melakukan pembiasaan bagi guru-guru untuk membuat daily activities mereka. Berbagai macam pelatihan pun saya lakukan untuk “mendobrak” jiwa seorang guru dengan materi “How To Be A Great Teacher”.
“Pak, saya selalu menunggu hari rabu untuk bertemu bapak dan mencurahkan apa-apa saja yang menjadi kesulitan saya di sekolah pak”, kata salah seorang guru. Hari Rabu adalah hari dimana saya selalu datang ke sekolah tersebut. Ya, saya pun disini bukan hanya menjadi konsultan saja, tapi juga menjadi seorang orag tua, kakak yang menerima apapun permasalahan yang terjadi pada seorang guru. Mulai dari keuangan, masalah internal dan konflik internal yang terjadi diantara mereka. Bukan hanya guru, siswa pun seringkali mendatangi saya hanya untuk sekedar curhat dan mengobrol tentang hidup mereka.
Ada sekelumit kisah yang tidak akan pernah saya lupakan di salah satu hari rabu. Seorang siswa yang berasal dari Papua tiba-tiba berkata kepada saya “Pak, saya minta izin untuk pulang ke Papua, kakak saya meninggal dunia, doakan saya semoga selamat yah pak, saya naik kapal laut”. Dengan mencium tangan saya, saya hampir tidak bisa membendung air mata. Diiringi dengan doa saya, anak itu pun berjalan menjauhi saya menuju kampung halamannya. Entah apa yang saya rasakan saat itu, saya merasa mereka seperti anak saya sendiri. Terlebih lagi, memang kondisi keuangan murid disini sangat memprihatinkan, sebagian dari mereka hidup merantau dari orangtua yang mempunyai penghasilan yang minim.
“Nak, hati-hati dijalan yah. Walau bapak bukan guru kalian, tapi bapak selalu doakan kamu setiap hari. Sampaikan salam dari sekolah untuk orantua kamu di rumah ya. Bapak tunggu kamu di sini , kita bercertia bersama lagi. Semoga kakak kamu diterima disisi-Nya dan diampuni dosa-dosanya oleh Tuhan”. Kira-kira seperti itulah kata-kata saya untuk siswa itu, dengan harapan dia menjadi tenang di perjalanan dan tetap bersemangat kembali bersekolah lagi di Jakarta.
Saya memang senang membangun keakraban dengan siapa saja, termasuk murid. Salain selalu menyajikan mereka dalam doa, saya pun selalu berusaha bertemu mereka dan mendengarkan apa yang menjadi keluhan mereka. Walau berbagai macam warna kulit, agama dan ras yang bersekolah disini, saya mencoba sebaik mungkin untuk menghilangkan perasaan dan kesan diskriminasi
Bulan berganti, dengan dibantu oleh seorang partner dari Care4Kids Indonesia berbagai macam progress telah kita temui. Setiap guru sekarang sudah mempunyai perangkat mereka dengan lengkap dan rapi, susunan jabatan sekolah pun telah pada hirarki yang benar. Dan poin yang paling penting adalah kebersamaan antar seluruh warga sekolah berangsur-angsur menjadi lebih baik. Saat ini saya pribadi masih menjalankan program ini dengan pengawasan dan tetap menjadi teman bagi seluruh warga sekolah SMA Taruna Persada. Hampir tidak ada rasa yang memberatkan untuk saya setiap menjalankan program konsultan di sekolah tersebut, justru rasa rindu lah yang sering muncul untuk kembali lagi dan lagi. Inilah yang menjadikan segala profesi di bidang pendidikan sangat tidak ternilai, perasaan senang, semangat akan tantangan, rindu, rasa kekeluargaan yang erat, dan lain-lain membuat kita merasa “hidup”.
Harus disadari, menjadi seorang konsultan pendidikan bukanlah tugas yang mudah. Secara formal, tidak terlalu sulit untuk menjalani prosedur terukur yang dapat diraih guna menggapai konsultan pendidikan sebagai profesi. Namun jauh dari pada itu, teramat sangat banyak hal-hal yang harus dipenuhi untuk seseorang dapat benar-benar menjadi seorang konsultan pendidikan, dan semua itu berawal dari panggilan jiwa. Ya, sama seperti untuk menjadi seorang guru, jiwa sangat memegang peranan penting di dunia konsultan pendidikan. Sebuah panggilan yang senantiasa akan menuntun, mengarahkan, serta menjaga langkah baik dalam interaksinya bersama guru, pejabat sekolah dan seluruh warga sekolah.
Dunia pendidikan (khususnya anak-anak) itu harus didekati dengan hati, penuh cinta dan kasih sayang. Otomatis, mereka pun akan memancarka aura yang sama dan kitaakan menjadi sosok yang dirindukan. The great teacher teach from the heart, not from the book.
Demikian sekelumit kisah pengalaman saya untuk meningkatkan kualitas SMA Taruna Persada. Saya yakin, teman-teman semua pasti mempunyai kisah-kisah yang tidak akan terlupakan, dan membuat teman-teman semua menjadi “hidup” akan pekerjaannya.
Leave a Reply