Creative Delivery in Class room

Semua Orang Wajib Bicara, tak terkecuali seorang guru. Bicara tidak sembarang bicara, tetapi bicara yang memukau setiap siswa-siswinya, sehingga pembelajaran dan penjelasan yang disampaikan oleh guru mudah dipahami para siswa-siswi di kelas. Selama ini tidak sedikit guru beranggapan berbicara secara baik di depan siswa tidak menjadi sesuatu yang penting. Padahal, guru yang tidak memiliki kemampuan berbicara dengan baik berdampak pada ketidakmampuan dalam menjelaskan materi pelajaran secara baik. Implikasinya, siswa menjadi “suntuk” dalam belajar dan hilang rasa antusiasme dalam mendengarkan penjelasan guru.

Kemampuan berbicara adalah kemampuan yang hanya diberikan Tuhan kepada manusia, begitu pun kepada setiap guru. Berkembangnya peradaban manusia, termasuk peradaban sekolah tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbicara. Dengan bicara secara baik kepada siswa, guru dapat menjadi motivator bagi siswa dalam belajar. Agar pembicaraan menjadi sistematis dan penjelasannya mudah dipahami oleh para siswa, seorang guru dapat mencari ide-ide segar sebelum menyampaikan materi di kelas. Sehingga penjelasan yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dieksplor lebih luas.

Setiap guru dapat menggunakan tiga cara untuk mencari ide, pertama, membaca. Tidak ada ide brilian lahir tanpa membaca. Rajin membaca membuat guru akan semakin kaya ide. Membaca pun dapat menambah kosa kata baru, istilah baru, imajinasi baru dan wawasan baru. Maka, tidak salah perintah utama yang diberikan Tuhan kepada manusia adalah membaca. Membaca adalah sarana utama bagi guru untuk mendapatkan pengetahuan. Semakin banyak guru melakukan kegiatan membaca, semakin banyak pengetahuan yang didapat. Guru yang pandai adalah guru yang tidak pernah berhenti membaca. Dengan membaca guru dapat mengupdate pengetahuan yang telah dimilikinya.

Kedua, mendengar. Untuk mendapatkan ide guru harus menjadi pendengar yang baik. Dengan banyak mendengar guru akan dapat banyak pengetahuan. Guru yang menjadi pendengar baik akan mudah mendapatkan ide dari setiap orang yang memberikan masukan-masukan positif kepadanya. Masukan-masukan itu bisa didapat guru dari atasannya, muridnya atau dari pelatihan-pelatihan yang diikutinya. Dalam konteks pelatihan, guru berani mengikutinya. Dari situ banyak ilmu yang akan didapat oleh guru. Apalagi pelatihan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas guru dalam mengajar. Namun, kunci utama agar guru mendapatkan ilmu dari pelatihan yang diikutinya adalah ketika bersedia menjadi pendengar yang baik.  Hikmah Tuhan menciptakan dua telingan kepada manusia dan satu mulut adalah agar manusia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Ilmu yang diberikan setiap orang lebih mudah diterima jika manusia, termasuk para guru mampu menjadi pendengar yang baik.

Ketiga, mengamati. Tanpa disadari banyak sekali kejadian-kejadian menarik di sekitar guru yang dapat dijadikan ide dalam isi pembicaraan di kelas, terutama ketika menerangkan pelajaran. Pengamatan terhadap lingkungan sekitar, tidak hanya akan memberikan ide segar kepada guru, tetapi akan memperkaya pengalaman guru. Dari setiap pengamatan yang dilakukan, guru dapat mengambil setiap hikmah di dalamnya. Hikmah itulah yang dapat dijadikan ide oleh guru untuk disampaikan di dalam pembelajaran, namun tetap harus disesuaikan konteksnya. Sehingga pengalaman yang didapat guru dari proses pengamatan sesuai dengan pelajaran yang diberikan.

Setelah menemukan ide tahap selanjutnya yang perlu dilakukan seorang guru adalah menstrukturkan materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Cara simpel dalam mestruktrukan materi dapat dilakukan dengan membuat 2 W (Why dan What) 1 H (How). Why berisi kegelisahan dan kebutuhan dari pelajaran yang akan disampaikan. Misalnya ketika guru menyampaikan materi pelajaran agama Islam dengan judul syukur. Maka, dalam Why yang perlu disampaikan adalah kenapa manusia harus bersyukur, ancaman apa yang akan didapatkan manusia yang tidak bersyukur, dan keuntungan apa yang didapatkan manusia jika ia bersyukur. Setelah membuat Why, maka langkah berikutnya adalah membuat What. What berisi tentang pengertian atau definisi yang akan disampaikan, jika guru berbicara tentang syukur, maka guru harus menjelaslan pengertian dan definisi tentang syukur. Sehingga para siswa dan siswi mengetahui pengertian tentang syukur.

Tahap berikutnya yang perlu disampaikan agar pembicaraan menjadi sistematis adalah dengan memberikan How. How adalah cara yang harus disampaikan guru kepada siswa-siswi menyampaikan isi materi yang disampaikannya bicaranya. Jika guru berbicara tentang syukur, maka seorang guru harus menyampaikan dengan jelas cara-cara bersyukur kepada siswa-siswinya, seperti, berterimakasih kepada Tuhan atas setiap pemberian-Nya, berbuat baik kepada sesama, dan sebagainya. Agar How yang disampaikan lebih mudah diingat oleh siswa-siswi ada baiknya guru menyampaikan dengan 3 point saja. Dengan demikian RPP yang ditulis oleh guru untuk dijadikan alat pembelajaran harus mencakup Why, What dan How.

Faktor lain yang perlu diperhatikan setiap guru ketika menyampaikan materi pelajaran kepada siswa-siswinya adalah dengan melakukan gerak tubuh dan menyampaikan isi matei pelajaran dengan tatapan mata,ekspresi dan gerak tangan. Gerak tubuh memberikan kontribusi besar dalam mempengaruhi emosi para siswa dan siswi. Bagian tubuh yang penting untuk dimainkan oleh guru adalah mata, wajah dan tangan. Tatapan mata guru kepada siswa perlu dilakukan dalam rangka melibatkan mereka dalam pembelajaran. Lahirkan anggapan kepada para siswa dan siswi bahwa mereka adalah bagian dari kegiatan pembelajaran di kelas. Anggapan ini akan membuat mereka merasa dianggap oleh guru. Tatapan mata akan membangun hubungan emosi positif seorang guru dengan para siswa dan siswi. Di sisi lain, tatapan mata merupakan alat ukur untuk memantau mereka apakah memperhatikan penjelasan materi pelajaran yang disampaikan guru atau tidak. Menatap mata siswa dan siswi tidak diperlukan waktu lama cukup 2-3 detik saja. Terlalu lama menatap mata akan membuat mereka menjadi tidak nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Di sisi lain, ekspresi wajah memiliki peran penting bagi guru. Eksperesi wajah dapat menjadi alat komunikasi emosi dan perasaan. Para siswa dan siswi dapat menilai emosi dan perasaan guru dari perubahan eksperesi wajah yang dimilikinya. Saat materi pelajaran yang disampaikan terkait kegembiraan, maka guru harus menyampai ekspresi wajah dengan gembira. Begitu pun sebaliknya, jika suasana sedih yang disampaikan, maka guru perlu mengeksperikan wajah dengan kesedihan.

Selain mata dan eksperesi wajah, guru perlu pula memainkan tangan ketika mengajar. Setiap guru harus memastikan tangannya berada di atas pusar atau di depan dada. Hindari tangan masuk ke dalam saku. Jika guru mengajar dengan menggunakan pengeras suara, maka gunakan tangan secara optimal. Apabila tangan kiri memegang pengeras suara, mainkan tangan kanan, begitu pun sebaliknya. Gerakan tangan akan membantu siswa-siswi menangkap pesan yang disampaikan guru.

Di samping gerakan tangan, guru pun perlu memperhatikan intonasi suara dalam menjelaskan materi pelajaran. Intonasi suara dalam mengajar tidak boleh datar, tetapi harus dimainkan sesuai ritmenya. Menggunakan suara datar dalam mengajar akan menjadikan pembelajaran menjadi tidak menarik. Adakalanya dalam menerangkan materi pelajaran suara guru ditinggikan, adakalanya diayun, adakalanya di jeda dan seterusnya. Intonasi suara dalam menjelaskan materi pelajaran menjadi pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik.

Setiap guru perlu mengasah diri menjadi pembicara yang menarik. Pembicara yang tidak hanya bicara. Tetapi, pembicara yang bisa mempengaruhi dan memberikan motivasi positif kepada setiap siswa-siswinya. Guru yang  mengasah kemampuan bicara, berarti kita telah bersyukur terhadap potensi yang telah diberikan Tuhan.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>